Mengenal Belalang Kembara yang Bikin Sumba Timur Tetapkan KLB

Jenis belalang yang menyerang Kabupaten Sumba Timur adalah belalang kembara alias Locusta migratoria. Belalang ini dikenal sebagai jenis yang persebarannya paling luas di dunia.

Dilansir situs Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) yang diakses detikcom pada Jumat (16/6/2017), belalang kembara ada di daerah tropis hingga subtropis, ada di kawasan Asia Tenggara, Asia Australia, Papua Nugini, Asia Tengah, Arab, Madagaskar, Afrika, hingga Eropa.

Panjang tubuhnya antara 3,5 hingga 5,5 centimeter. Sayapnya berwarna kusam. Warna tubuh secara keseluruhan bervariasi satu dan lain belalang, ada yang hijau, cokelat, hijau kekuning-kuningan, atau abu-abu.

Dilansir dari buku 'Locust Handbook' karya Steedman, telur belalang ini bisa berkembang di banyak jenis tanah, yakni tanah vulkanik, aluvial, atau pasir. Jumlah telur sekali dikeluarkan oleh induk berkisar antara 2, 7, bahkan 12. Interval bertelur sekitar 4 sampai 15 hari. Telur menetas dari 10 sampai 24 hari setelah dikeluarkan induk. Jadilah dia nimfa dan akhirnya belalang dewasa.


Belalang kembara punya tiga fase hidup, yakni soliter, transisi, dan gregarius. Pada fase soliter, belalang berperilaku individual dan tidak merusak. Pada fase transisi, kelompok-kelompok kecil mulai terbentuk. Pada fase gregarius, kelompok besar terbentuk. Gerombolan besar ini bersifat merusak lingkungan yang dilewati, misal merusak sawah dan mengakibatkan gagal panen, hingga merusak buah-buahan.

Belalang fase soliter berwarna hijau, berukuran terbesar. Masuk fase transisi, belalang berubah warna menjadi kekuningan dan berukuran sedang. Saat fase gregarius, belalang berwarna kekuningan hingga cokelat dan ukurannya lebih kecil.

Mengenal Belalang Kembara yang Bikin Sumba Timur Tetapkan KLB

Mengenal Belalang Kembara yang Bikin Sumba Timur Tetapkan KLB
Foto: Belalang Kembara fase soliter (Matsumomushi / Wikimedia Commons)


Serangga pemakan rumput ini banyak tempat, dari sungai, stepa, lingkungan danau, hingga gurun. Bila gerombolan mereka menyerang suatu wilayah, maka tanaman di wilayah tersebut menjadi terancam.

Belalang bisa membahayakan sawah padi, kapas, gandum, gandum hitam, jelai, oat, sorgum, hop, kedelai, kentang, tembakau, kubis, timun, semangka, melon, bunga matahari, hingga buah-buahan.

Hewan ini bisa dimakan manusia. Belalang biasa dimakan di Gunung Kidul, Provinsi DIY. Di luar negeri, belalang kembara ini juga dimakan. Hewan peliharaan juga bisa memakannya. Dilansir Researchgate, dalam 100 gram belalang kering mengandung protein kasar 2 persen; lemak kasar 0,8 persen; karbohidrat 0,74 pesen; serat kasar 1,7 persen. Intinya, belalang kembara punya nilai nutrisi tinggi.

FAO menyebut belalang kembara punya nilai energi 179 kcal/100 gram. Belalang bentuk larva sampai dewasa, bila dikonsumsi untuk manusia, nilai proteinnya 14 sampai 18 gram/100 gram.

Namun saat terjadi teror belalang, mustahil untuk memakan belalang itu semuanya. Karena jumlah belalang datang terlalu banyak.

Sebagaimana yang terjadi di Kota Waingapu, Sumba Timur, belalang itu menginvasi kawasan sejak Sabtu (10/6). Sudah ada 2 hekatare sawah yang diserang hama ini. Bupati Sumba Timur Gideon Mbiliyora menetapkan situasi ini sebagai Keadaan Luar Biasa (KLB).

"Iya, kita sudah gelar rapat berbagai sektor dan tetapkan peristiwa ini sebagai kejadian luar biasa," ujar Gideon kepada detikcom, Kamis (15/6) lalu.

Sebenarnya ada cara penanggulangan yang ramah lingkungan, yakni dengan menyelenggarakan hujan buatan. Namun Pemerintah Kabupaten Sumba Timur tak punya biaya membuat hujan demikian. Pemerintah akan membasmi mereka dengan pestisida saja, harganya lebih terjangkau, meski punya efek negatif terhadap lingkungan.

(dnu/imk)

Related Posts :