BPBD dan Tim Dokter Turun Tangan Atasi Teror Belalang

Untuk mencegah meluasnya serangan belalang kembara di Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, pemerintah kabupaten Sumba Timur melibatkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Tim dokter pun juga diterjunkan.

"Ini sudah masuk kategori bencana sehingga kami dari BPBD wajib turun tangan dengan melibatkan LSM dan pihak Universitas untuk membantu melakukan penyemprotan," ujar Kepala BPBD Sumba Timur, Martina D Jers kepada detikcom, Minggu (18/6/2017).

Menurut Martina, dalam melakukan tugas, pihaknya menyediakan peralatan dengan bantuan tim dokter yang tergabung dalam forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Namun BPBD hanya mempersiapkan untuk bantuan SDM.

"Untuk obat pestisida disiapkan Dinas Pertanian, BPBD hanya membantu dengan tenaga dan peralatan seadanya," kata Martina.

Dia mengatakan, serangan belalang ke rumah warga kini mulai berkurang. Namun, pihaknya masih mengalami kesulitan untuk membasmi telur belalang yang kian bertambah.

"Untuk di rumah warga mulai berkurang sekarang yang banyak di lapangan dan semak-semak," kata Martina.

Sebelumnya, pakar ilmu lingkungan menyarankan agar penanggulangan wabah belalang di Sumba Timur dilakukan dengan cara hujan buatan. Namun Pemerintah Kabupaten Sumba Timur mengaku tak punya cukup dana untuk membuat hujan buatan menanggulangi teror belalang.

"Kami masih tetap pakai pestisida karena hanya itu yang kami miliki. Kami tak punya anggaran untuk hujan buatan," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Timur, Johanis Hiwa Wunu, Jumat (16/6).

Menurut Johanis, cara satu-satunya untuk mengantisipasi meluasnya serangan belalang sejak Sabtu (9/6) lalu, adalah dengan cara penyemprotan insektisida, salah satu jenis pestisida. Pihaknya telah mengerahkan tim Brigade Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) untuk melakukan penyemprotan. Penyemprotan nya menggunakan insektisida confidor yang diterbangkan menggunakan pesawat Fokker.

"Yang ada di kami hanya itu. Jika ada pihak donatur atau pemerintah pusat yang membantu, kami sangat mengharapkan itu," kata Johanis.

Dia menambahkan, saat ini serangan belalang ke area pertanian warga sudah berkurang. "Memang kemarin sempat menyerbu rumah warga dan halaman perkantoran tetapi sekarang sudah berkurang," tutur Johanis.

Wabah belalang kembara 'meneror' kawasan Sumba Timur, NTT. Sudah 2 hektare sawah diserang serangga ini. Pemerintah menetapkan kondisi ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Untuk mengatasi merebaknya belalang kembara dalam jumlah masif, penggunaan pestisida tidak disarankan. Solusi yang ramah lingkungan disarankan segera dilakukan, yakni dengan hujan buatan.

"Buatlah hujan buatan sebagai environmental shock," kata pakar ilmu lingkungan Universitas Sebelas Maret (UNS), Prabang Setyono.

Hujan buatan itu adalah perwujudan 'kejutan lingkungan' terhadap populasi Locusta migratoria, nama ilmiah belalang kembara. Soalnya, ledakan populasi belalang itu juga ditengarai berakar dari perubahan kondisi lingkungan.

"Logikanya, hujan turun bakal mengakibatkan perubahan drastis kelembaban, ambiance udara berubah, dan minimal jam biologi belalang bisa dikendalikan," sebut Prabang.

Jam biologi belalang adalah masalahnya. Ledakan populasi belalang ini karena ada kekacauan jam biologi dan daur hidup yang rusak. Waktu yang seharusnya bukan masa kawin, malah menjadi masa kawin. Maka jumlah belalang menjadi tak terkendali. Solusi berupa penggunaan pestisida sangat tidak disarankan.

"Kalau pestisida itu menyelesaikan masalah dengan masalah. Pestisida pasti meninggalkan sisa di daun dan tanah. Dalam kondisi yang begitu masif, pestisida akan mematikan situs mikroba di tanah. Saya tidak merekomendasikan pestisida," urai Prabang.

Dalam buku 'Hama dan Penyakit Tanaman' karya Ir Pracaya, salah satu faktor penyebab kematian belalang adalah hujan. Jika banyak hujan dan banyak awan, perkembangan nimfa belalang terhambat. Hujan lebat juga akan banyak membunuh nimfa.
(Elz / Elz)

Related Posts :